Sengkang, (Inmas Wajo) – Mengetahui tata cara pelaksanaan suatu ibadah sangatlah penting. Karena bila tidak diketahui dan dipahami dengan baik, maka dikhawatirkan akan berakibat kepada ibadah yang dilakukan. Bisa saja ibadah tersebut menjadi tidak sempurna hingga dianggap tidak sah. Misalnya saja pada pelaksanaan ibadah haji atau umrah. Sayang sekali sudah jauh-jauh ke tanah suci dengan maksud menunaikan ibadah haji, menghabiskan tenaga, waktu, dan biaya namun hajinya tidak sempurna, ungkap Erna salah seorang pembina MTs. As’adiyah Putri II Sengkang.
Lanjutnya, dalam perspektif jamaah haji, manasik haji diartikan sebagai pelatihan pelaksanaan ibadah haji dan umrah sesuai prosesi dan penyelenggaraannya. Manasik haji merupakan kegiatan untuk memberikan pembekalan kepada jamaah tentang konsep pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan ibadah haji dan umrah, menjelaskan secara teori diiringi dengan melakukan praktek atau peragaan.
Kepala MTs. As’adiyah Puteri II Sengkang, Rukasmin, mengatakan “Praktek Manasik Haji dan Umrah tahun pelajaran 2018/2019 diikuti oleh seluruh santriwati MTs. As’adiyah Puteri II Sengkang yang berjumlah 220 siswi beserta seluruh dewan guru pembina dan yang bertindak sebagai pembimbing adalah guru mata pelajaran Fiqhi di Islamic Center Ulugalung Kec. Pammana. Selasa, (5/2/2019).
Tambahnya, dengan kegiatan tersebut, dapat memperkenalkan kepada santriwati mengenai prosesi Haji dan Umrah itu seperti apa, rukun, syarat dan yang membatalkan haji dan umrah apa, apa makna dibalik pelaksanaan haji dan umrah, kenapa diwajibkan, dan tuntunan serta teknis pelaksanaannya seperti apa. Disamping itu, praktek manasik haji dan umrah ini melatih santriwati untuk dapat bersabar, disiplin, dan saling tolong menolong. Serta sebagai ajang untuk mempererat ukhuwah islamiyah di antara peserta didik, guru dan wali murid, terang Rukasmin.
Sementara itu, salah satu pembina, Nurhikmah Asri, mengatakan kepada tim Inmas Wajo melalui akun Whatsappnya “Untuk mempermudah pemahaman santriwati pada praktek tersebut, dipergunakan alat peraga seperti miniatur ka’bah, peragaan wukuf, tawaf, sa’i, melontar jamrah, dan sebagainya. Melalui praktek ini, hubungan antara teori dan praktek dapat lebih dipahami oleh para santriwati”, tulisnya. (hmz/arf)