Memberi Untuk Menggembirakan

Oleh : Sulaiman Nyampa

(Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Tempe)

Memberi dan diberi, mengembirakan dan digembirakan inilah bahagian dari sebuah proses kehidupan manusia, yang terjadi dialam nyata dan menjadi fakta sosial, memberi untuk menggembirakan adalah upaya untuk melepaskan ummat dari belenggu kehidupan yang begitu terjal, berliku serta penuh dengan kerikil kerikil kecil dan tajam, dikehidupan nyata, ummat hari ini lagi galau dengan persoalan mereka masing masing, kata galau ini pilihan kata yang tepat karena sesuai dengan situasi ummat. Kegalauannya disebabkan karena, ada yang terlilit utang dan tidak bisa dibayar pada rentenir, ada yang suaminya selingkuh ada juga yang istrinya selingkuh, usahanya gulung tikar, anaknya terlibat narkoba, ada ditingal mati kedua orang tuanya, ada yang terhalang sekolahnya karena factor biaya, ada juga yang tidak mampu membayar biaya rumah sakitnya, inilah sebahagian kecil persoalan dari sekian banyak persoalan yang ada, dengan situasi seperti ini  tidak sedikit dari mereka stress bahkan ada yang sampai mengakhiri hidupnya.  Pertanyaan adalah kita dimana? Disaat mereka butuh dengan kita, butuh uluran tangan kita, butuh ide dan gagasan kita, serta mereka butuh tenaga kita sebagai bentuk reaksi sosial dan kasih sayang kita, kita wajib ada dan hadir ditengah tengah mereka. sebagai orang yang beragama tidak ada satu orang yang boleh dianggap orang lain dari kita hanya karena, kita berbeda, suku, ras, bangsa, bahasa, warna kulit, partai politik, starata sosial termasuk beda agama. Karena pada prinsipnya mereka itu adalah kita dan kita adalah mereka, kita menjadi bahagian dari kesedihannya dan kita menjadi bahagian dari kegembiraannya.

Kita Islam dan Islam itu agama yang rahmatan lil aalamiin

(Q.S Anbiya 107.] dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Salah satu poin dari ayat ini adalah, memberi untuk menggembirakan.

Kita Islam dan Islam itu bersaudara dan mempersaudarakan, kita memang tidak bersaudara karena tidak sedarah, tetapi kita bersaudara karena searah.

{Q.S Al-Hujurat 10}. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

salah satu poin dari ayat ini adalah tidak pilih kasih dalam memberi untuk menggembirakan.

Memberi adalah satu pilihan kata yang mewakili kata berzakat, berinfak dan bershadhakah. Dan tujuan dari memberi adalah untuk menggembirakan, sebagaimana filosofi tujuan kehadiran ummat manusia dimuka bumi untuk memberi bukan untuk mengambil. Ada delapan kelompok yang wajib kita gembirakan, delapan kelompok itu tertuang didalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60.

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”[647].

[647] Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya

Kalau kita tidak termasuk dalam kelompok ini berarti kita  adalah kelompok yang punya tanggung jawab, serta tanggung rasa, yang sudah berkecukupan yang diistilahkan kemampuan sesuai dengan selera dan selera sejalan dengan kemampuan. Menggembirakan orang dengan memberi maka secara tidak langsug telah menggembirakan diri sendiri.

{Q.S Al-Imran 92}. kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya

{ Q. S At-Taubah 103}. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda

Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.

Memberi adalah suatu sikap sosial atau reaksi sosial, yang telah menjadi jati diri seorang hamba kepada sesama hamba sebagai bentuk penghambaan terhadap sang pemberi tunggal, Allah swt. Habis habisan memberi tapi tidak pernah kehabisan satu filosofi yang fiksi merangsang otak kita untuk berpikir tetapi ini fakta yang tidak bisa kita sembunyikan. Perumpamaannya adalah segenggam yang  engkau berikan, maka segudang akan kembali. Tidak sekedar bertambah tetapi akan menyejukkan suasana kebatinan.

{ Q.S. Al-Baqarah 261}. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

Penting dan baik itulah pilihan katanya yang tepat karena ada nilai manpaat, marilah kita lihat hadits yang diriwayatkan Thabrani.

Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia dan pekerjaan yang paling dicintai Allah menggembirakan seorang muslim atau menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan utangnya, atau menghilangkan laparnya, sungguh aku berjalan bersama saudaraku untuk sebuah keperluan, lebih aku cintai daripada beriktikaf dimasjidil nabawi selam sebulan [HR. THABRANI]

Al-Hasan Al-Basri pernah mengutus sebagian muridnya untuk membantu orang yang sedang dalam kesulitan, beliau mengatakan kepada murid-muridnya tersebut, “hampirilah Tsabit Al-Banani, bawa bersama kalian, “ketika Tsabit didatangi, ia berkata, maaf, aku sedang I’tikaf.” Murid-muridnya kembali mendatangi Al-Hasan Al-Basri, lantas mereka mengabarinya. Al-Hasan mengatakan, Wahai A’masy, tahukah engkau bahwa bila engkau berjalan menolong saudaramu yang butuh pertolongan, jauh lebih baik daripada berhaji setelah berhaji.

Lalu merekapun kembali pada Tsabit dan berkata seperti itu, Tsabit pun meninggalkan I’tikaf dan mengikuti murid murid Al-Hasan Al-Basri untuk memberikan pertolongan untuk orang lain.

Kepentingan kemanusian jauh lebih penting daripada kepentingan yang bersifat individual.

Dalam konteks sosial ekonomi ada tiga kelompok manusia

  1. Ada orang yang memilki harta tapi tidak mau memberi {kikir]
  2. Ada orang yang tidak memiliki harta tapi mau memberi {murah hati]
  3. Ada orang memilki banyak harta dan mau memberi {dermawan]

Pertanyaannya adalah posisi kita diamana?

Ada peribahasa ;

Habis kuman disembelih hendak memberi makan gajah.

Adalah orang kecil yang menjadi susah karena ingin menyenangkan orang besar, sedangkan banyak orang besar tidak susah melihat orang kecil.

[Q. S. Al-Baqarah 254}. Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at[160]. dan orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim.

[160] Syafa’at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa’at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa’at bagi orang-orang kafir.

Salah satu poin dari ayat ini adalah manpaatkanlah kesempatan yang ada sebelum datang hari dimana kita sudah tidak bisa lagi berbuat. Dan mengingatkan kita pada sahabat Rasulullah yang taat beribadah, sholta lima waktu dimasjid, Tsauban namanya.

Memberi itu untuk menyatakan siapa anda, dan menerima untuk mendefenisikan siapa anda. Dan pada akhirnya lebih baik bahagia karena memberi daripada bahagia karena diberi.

Editor : Hamzah Alias