Polarisasi Menurunkan Intensitas Kontroversi Bid’ah

Oleh : Subairi

(Mahasiswa Program Doktoral Universitas Muhammadiyah Parepare)

Sampai detik ini problematika bid’ah masih saja diperselisihkan baik dalam teori maupun prakteknya. Sebagian orang mempunyai persepsi bahwa bid’ah sebagai sesuatu hal yang salah dan harus diluruskan. Dan sebahagian yang lain mempersepsikan dan memposisikan bid’ah sebagai sesuatu kreatifitas, inovasi dan improvisasi yang di bolehkan selama tidak ada kontradiksi (pertentangan) dan menerjang rambu-rambu Al-Quran dan Assunnah.

Kata bid’ah sebetulnya bermakna netral dan tidak selalu berkonotasi negatif, kalau perkara baru tersebut memiliki landasan dalam syariat. Kita perlu memahami bid’ah secara definitif konvesional sehingga tidak mudah digunakan sebagai amunisi dan senjata untuk menyerang, “selama ini kita akan terjerumus dalam jurang perebutan klaim keselamatan eskatologis yang belum pasti kita dapatkan,”.

Gerakan Islam trans-nasional (Islam puritan) yang cenderung membid’ahkan perilaku ritual Islam lokal yang sudah mentradsi di kalangan masyarak Muslim Indonesia. “Narasi bid’ah kalau dianalogikan seperti bola liar yang bisa di tendang oleh siapa saja dan akan menabrak siapa saja,”. Bahkan bid’ah ada yang mengasumsikan sebagai spirit jahat karena tindakan bid’ah sama artinya dengan mengharapkan orang lain masuk neraka.

Hidup ini adalah pasti, sehingga ia membutuhkan dan mengharuskan untuk mencari pedoman yang pasti karena pedoman yang pasti adalah pedoman yang cocok dengan kehidupan. Kalau kita ingin mengklarifikasi suatu perbuatan yang tidak direalisasikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai hal yang keliru atau bid’ah ini merupakan suatu kepicikan kita dalam berpikir dan menalar firman tuhan. Rasulullah sendiri sepulannya dari mi’raj mengundang sahabat Bilal karena beliau sempat mendengarkan suara sandal Bilal di surga dan Rasulullah menanyakan amalan apa yang secara kontinyu diaplikasikan dan direalisasikan Bilal sehinggat mempunyai suatu keistimewaan khusus, ternya Bilal setiap selesai berwudhu senantiasa melaksanakan shalat sunnah wudhu, ternyata amalan ini tidak pernah dilakukan Nabi tetapi Nabi merespon dengan respon yang positif. Belajar dari history tersebut ternyata ada beberapa perbuatan yang dilakukan shahabat dan belum pernah dilakukan Nabi. Abu Hurairah RA sebelum tidur selalu membaca tasbih sebanyak 1000 kali, hal ini juga dilaporkan kepada Nabi oleh sehabatnya yang lain karena dianggap mempunyai suatu tradisi yang seolah-olah sahabat yang lain tidak pernah melihat Nabi melakukannya, ternyata setelah Nabi mendegarkan laporan dari sahabat tentang amalan Abun Hurairah, Nabi diam dan tidak melarangnya, ini merupakan sebuah respon bahwa amalan tersebut baik untuk kita amalkan. Persolan lapor melapor itu sudah terjadi sejak zaman Nabi dalam kontek kekinian kita tidak usah panik jika ada oknum yang suka mengkambing hitam orang lain dalam persoalan ritual. Intinya kita harus mengedepankan sikaf kooperatif dan tabayun dalam menghadapi dinamika hidup.

Editor : Hamzah Alias

(Pelaksana Inmas Kankemenag Kab. Wajo)