Ujung Baru, (Inmas Wajo) – Salah satu kegiatan penyuluhan rutin yang dilaksanakan penyuluh agama Islam Kec.Tanasitolo adalah pengajian kitab kuning. Kegiatan penyuluhan bertempat di masjid Al-Munir Ma’had Aly As’adiyah Kampus 4 Pesantren As’adiyah Sengkang, jalan Andi Unru, desa Ujung Baru kecamatan Tanasitolo, Kamis (20/12/2018)
Pengajian kitab kuning dilaksanakan setiap Kamis setelah shalat Subuh. Kitab yang dijadikan pegangan adalah kitab Shahih Bukhari karya Imam Bukhari.
“Kitab ini dijadikan rujukan karena merupakan kitab hadis yang disepakati oleh ulama sebagai kitab hadis terbaik. Di samping itu, kitab ini sejak dahulu dipelajari di Pondok Pesantren As’adiyah. Selain Shahih Bukhari, ada beberapa kitab lain yang dijadikan kajian, di antaranya: Tafsir Jalalain, Muhadzdzab, Tanwir Qulub dan lain-lain”. Jelas Hasmulyadi Hasan selaku penyuluh agama Islam kecamatan Tanasitolo.
“Sekitar 150 lebih mahasantri Ma’had Aly As’adiyah Sengkang putera dan puteri aktif mengikuti pengajian. Mereka adalah mahasantri mukim (tinggal di asrama) yang terdiri dari semester 1, 3 dan 5. Jadwal pengajian kitab kuning setelah shalat Magrib sampai Isya dan setelah shalat Subuh. Mahasantri mengikuti pengajian dengan menyimak penjelasan sambil mencatat dan menerjemahkan teks Arab dalam kitab masing-masing”. Lanjutnya.
Beliau juga menjelaskan bahwa pengajian kitab kuning bertujuan untuk mempertahankan tradisi pembelajaran di pesantren karena dianggap tetap relevan dalam mempelajari agama secara mendalam. Untuk itu, Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang tetap konsisten mempertahankan metode pembelajaran klasik ini.
Pengajian kitab kuning (mangaji tudang dalam bahasa Bugis) dikenal juga dengan istilah halaqah, yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru atau kiai dengan cara duduk di hadapan santrinya sambil membacakan materi kitab. Para santri yang mengikuti pembelajaran ini duduk dalam bentuk setengah lingkaran dan bersaf-saf. Guru membacakan isi kitab, kata per kata atau kalimat per kalimat lalu menerangkannya dengan bahasa Arab, Indonesia atau bahasa lain.
Dalam prakteknya di pesantren As’adiyah, pengajian kitab kuning atau mangaji tudang menggunakan pengantar bahasa Bugis. Terjemahan dan penjelasan teks kitab semuanya dalam bahasa Bugis. Hal ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai kearifan budaya lokal melalui penggunaan bahasa daerah. (hsm/hmz)