Keuniversalan Islam Versi H. M. Arsyad AT

Sengkang, (Inmas Wajo) – Waktu berlalu begitu cepat, canda tawa dan senyumnya masih susah terlupakan, kebersamaan yang selalu membuat kami terkesan, tiba saat panitia Hari Amal Bakti (HAB) yang ke 73 Kementerian Agama tingkat Kab. Wajo menyelengarakan ramah tamah yang dirangkaikan dengan peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW pasca upacara peringatan HAB di lapangan Merdeka Sengkang. Kegiatan tersebut di laksanakan di aula Kankemenag Kab. Wajo lantai 2 jalan Akasia no. 5 Sengkang. Kamis, (03/01/2019).

Pelaksanaan Ramah Tamah HAB ini dijadikan tanda kesyukuran kita yang sekian lama mengabdikan diri pada institusi Kementerian Agama, sabagai ajang silaturrahim dan media untuk merengkuh keberkahan melalui bacaan-bacaan sholawat, kata H M Arsyad AT.

Sangat menarik dan berisi wejangan H M Arsyad AT selaku orang nomor satu di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wajo, yang pertama, beliau menguraikan bahwa “dalam mencari kebenaran terkadang terjadi sebuah dinamika yang harus kita sikapi dengan bijak dan santun, dengan mengedepankan argumentasi yang logis bukan dengan fanatisme buta dan arogansi”. Kebenaran bisa dicapai dengan beraneka ragam cara sekalipun subtansinya sama yakni hanya satu. Kalaulah kita bisa menganalogikan, laksana orang yang buta bertanya tentang bentuk gajah. Yang satu mengatakan, gajah itu mempunyai ekor yang panjang karena kebetulan ekornya yang dipegang. Yang satunya lagi mengatakan bahwa gajah itu perutnya besar karena memang yang dia pegang adalah perutnya. Kesimpulannya, semua argumentasi tersebut benar berdasarkan pendekatan dan sudut pegang mana yang mereka pakai.

Yang kedua H M Arsyad AT menjelaskan lebih tajam lagi tentang subtansi Islam. Mengapa Islam menjadi Agama yang bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, karena Islam adalah Agama yang universal, Agama yang secara mendetail mengatur seluruh aspek kehidupan.

Yang ketiaga juga tak kalah pentingnya beliau menjelaskan subtansi maulid yang terkadang dibid’ahkan oleh sebahagian orang, Maulid itu adalah momen mengekpresikan kecintaan kepada Nabi sebagai bentuk syiar bukan menambah-nambah syariat.(sub/hmz)